Menurut data dari Statista dalam "Statista Consumer Insights", sekitar 25% dari partisipan survei di Indonesia mengakui bahwa mereka pernah menggunakan vape atau rokok elektrik setidaknya sekali.
Persentase tersebut menempati posisi tertinggi dalam hasil survei tersebut, melampaui partisipan dari Amerika Serikat dan Inggris.
Survei ini, yang diselenggarakan oleh Statista, melibatkan partisipan dari berbagai negara dengan rentang usia 18 hingga 64 tahun. Survei dilakukan secara online pada periode Januari-Maret 2023, dan melibatkan sekitar 1.000 hingga 9.500 responden.
“Di Indonesia, sebanyak 1 dari 4 orang disurvei oleh Statista Consumer Insights mengatakan pernah menggunakan vape sesekali” statista.com.
Berikut adalah persentase pengguna rokok elektrik di beberapa negara.
- Indonesia 25%
- Swiss 16%
- Amerika Serikat 15%
- Inggris 13%
- Kanda 13%
- Italia 9%
- Prancis 9%
- Jerman 7%
- Brasil 6%
- Maroko 2%
*sumber: Data Statista Consumer Insights, dikutip dari Katadata.
Pada tanggal 1 Januari 2024, Pemerintah Republik Indonesia secara resmi menerapkan pajak sebesar 10% terhadap rokok elektrik. Luky Alfirman, Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, menjelaskan bahwa pemberlakuan pajak ini bertujuan untuk menjaga keadilan, mengingat rokok konvensional telah dikenakan pajak sejak tahun 2014.
Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mendesak negara-negara yang mengizinkan penjualan vape untuk melarang penjualan vape dengan berbagai rasa, mengurangi kandungan nikotin, serta menerapkan pajak pada penjualan vape.
“Anak-anak direkrut dan dijebak usia muda untuk menggunakan rokok elektrik dan mungkin bisa bergantung pada nikotin,” ucap Direktur Jenderal WHO yakni Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam siaran pers pada 14 Desember 2023.
Baca Artikel Lainnya:
Pencuri Bobol Toko Vapeboss Karawaci, Kerugian Mencapai 20 Juta Rupiah
