Vapeboss – Pakar Toksikologi sekaligus akademisi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Shoim Hidayat mengungkapkan bahwa nikotin sebenarnya memiliki berbagai manfaat bagi tubuh manusia.
Selain membantu mengurangi rasa depresi pada seseorang, nikotin juga dapat membantu mengeluarkan hormon yang menimbulkan rasa senang serta mencegah beberapa penyakit yang berhubungan dengan kinerja otak manusia seperti alzheimer dan parkinson.
“Misalnya, bagi orang yang sedang depresi, nikotin bisa membantu mengurangi rasa depresi yang sedang dihadapi," kata Shoim.
Sayangnya, nikotin seringkali mendapat stigma negatif layaknya bahan kimia lainnya. Padahal, risikonya bisa ditekan apabila konsumsi nikotin masih dalam batas wajar dan dikonsumsi dengan cara yang lebih rendah risiko seperti penggunaan produk tembakau alternatif.
Berdasarkan hasil kajian ilmiah baik dari dalam maupun luar negeri, pemanfaatan produk tembakau alternatif seperti tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik dan kantong nikotin memiliki risiko 90 hingga 95 persen lebih rendah daripada rokok konvensional.
"Rokok dibakar yang suhunya bisa mencapai lebih dari 600 derajat. Proses pembakaran itu menghasilkan asap yang dapat memicu berbagai penyakit berbahaya. Sementara itu, nikotin yang dihantarkan melalui produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik dan produk tembakau dipanaskan, dilakukan melalui proses pemanasan dan tidak menghasilkan asap," paparnya.
"Jadi, produk tembakau alternatif itu memiliki risiko rata-rata 90 persen lebih rendah daripada rokok karena produk ini tidak melalui proses pembakaran," lanjutnya.
Shoim menjelaskan, efektifitas nikotin pada produk tembakau alternatif dalam mengintervensi kondisi seseorang dengan kondisi kesehatan mental telah dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Founder Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR) University of Catania Italy, Ricardo Polossa dan timnya terhadap 40 orang pasien skizofrenia.
Dari hasil studi yang dipublikasikan pada laman National Institute of Health, sebuah institusi riset medis dibawah naungan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat, pasien skizofrenia dengan kebiasaan merokok memiliki prevalensi yang jauh lebih tinggi dibanding orang dewasa pada umumnya.
Namun, ketika produk tembakau alternatif dikenalkan pada pasien skizofrenia, mereka mampu beralih sepenuhnya dari rokok dan tidak mengalami perburukan gejala psikotik selama penelitian meski dokter mengurangi dosis obat antipsikotik yang mereka konsumsi.
"Jadi secara keseluruhan, kita memperbaiki kualitas hidup mereka dan mengurangi dosis obat antipsikotik,” jelas Ricardo.
Akan tetapi, penelitian tersebut merupakan hasil dari pilot project dengan melibatkan pasien dalam jumlah yang terbatas. Saat ini, pihaknya terus mereplikasi studi yang sama dengan melibatkan partisipan yang lebih banyak.
Sumber: Medcom