Banyak Beredar Berita Vape yang Menyesatkan, Asosiasi Konsumen Vape Angkat Bicara » Vapeboss Indonesia


Vapeboss Indonesia

Blog Details

image

Banyak Beredar Berita Vape yang Menyesatkan, Asosiasi Konsumen Vape Angkat Bicara

Vapeboss – Akhir-akhir ini cukup banyak pemberitaan yang terkesan menyudutkan rokok elektrik. Mulai dari dampak kesehatan yang buruk akibat penggunaan rokok elektrik, depresi, disfungsi seksual, risiko tinggi stroke, sesak nafas berat hingga penyebab utama kerusakan paru-paru.

Terkait hal tersebut, Hokkop Situngkir mewakili Konsumen Vape Berorganisasi (KONVO) angkat bicara mengenai fitnah dan berbagai tuduhan miring pada vape, khususnya EVALI (E-Cigarettes or Vaping Associated Lung Injury) yang menjadi penyebab kesehatan paru-paru, berlandaskan tulisan di media Drug and Alcohol Review pada akhir Agustus 2022 lalu.

EVALI diartikan sebagai penyakit paru-paru akut akibat menghirup aerosol dari vape. EVALI juga pernah menjadi wabah besar di Amerika Utara pada akhir tahun 2019 dan selesai di awal tahun 2020. Buntut kejadian tersebut sempat membuat ketakutan publik untuk beralih ke vape. Namun ternyata, tidak ada bukti yang menyatakan bahwa rokok elektrik-lah yang menjadi sumber wabah tersebut.

“Namun seiring dengan waktu dan hebohnya pemberitaan tersebut, ternyata tidak ada bukti dari dunia kesehatan bahwa itu semua berhubungan dengan menghisap rokok elektrik,” jelas Hokkop.

Bahkan, semua permasalahan tentang wabah EVALI terkuak karena faktor kejahatan ekonomi di Amerika yang mengkambing hitamkan rokok elektrik. VEA (Vitamin E Acetate) yang dituding menjadi bahan utama penyebab kerusakan paru-paru tidak ditemukan di e-liquid ber nikotin dan tidak bisa dicampurkan.

Sekalipun VEA dapat dicampurkan, tetap tidak akan menimbulkan pengaruh sama sekali. Agar lebih meyakinkan, Hokkop memaparkan 4 organsisasi kesehatan terkenal di Amerika seperti American Heart Association, American Cancer Society, American Lung Association dan American Thoracic Society yang menguak tabir bahwa EVALI dikembangkan sebagai propaganda anti vaping.

Hokkop juga menjelaskan, berita wabah penyakit paru-paru tadi telah disebarkan di seluruh dunia dan rokok elektrik dicamkan sebagai penyebabnya. Akan tetapi, Public Health England yang merupakan agensi eksekutif kementerian kesehatan di inggris, justru jauh-jauh hari mengingatkan bahwasanya tidak ada hubungan antara EVALI dengan penggunaan vape ber-nikotin. Lebih tepatnya EVALI timbul karena pasar gelap vape yang mencampur bahan-bahan seperti ganja bersama VEA.

Selain kasus diatas, Hokkop memaparkan lagi beberapa kasus yang berkaitan dengan EVALI dan ternyata ketika didiagnosa, penyebabnya bukan dari vape melainkan penyakit bawaan. Kasus-kasus tersebut antara lain, seorang remaja diketahui mengidap penyakit infeksi kandungan kemih (urinary infection) yang menyebar ke paru-paru serta seorang lansia berumur 70 tahun yang terkena penyakit infeksi paru-paru akibat komplikasi emphysema yang telah disebabkan penggunaan rokok konvensional selama 40 tahun.

Hokkop menambahkan, studi terbaru yang dilakukan oleh Yale School of Public Health dimuat di Journal Addiction mendukung dan membantah kasus tersebut, mereka menyebut tingginya kasus dengan penggunaan rokok elektrik sama sekali bukan penyebab EVALI. Menurut asisten profesor Abigail Friedman PhD, dari yale School of Public Health, hasil penelitian tersebut menunjukkan angka yang bertolak belakang dengan tuduhan tersebut.

Kesimpulan yang diambil hokkop terkait berita menghisap vape ber-nikotin menjadi penyebab EVALI adalah hoax.

“Mereka yang nuduh dan juga media termasuk pihak kesehatan termasuk di negara kita juga harus dengan jujur dan berani mengatakan apa yang sebenarnya,” kata Hokkop.

Ia juga menyayangkan karena masih banyak berita yang secara buruk menghasut dan memaparkan bahaya vape dengan memalsukan tema, berputar-putar dan mirisnya membuat konsumen vape semakin bingung karena pertanyaan yang tidak dapat dijawab.

”Mudah-mudahan praduga salah soal vape semacam itu akan segera hilang,” tutup Hokkop.

Sumber: Sinarharapan